Identitas
Buku :
Judul : Eat, Pray,
Love (Makan Doa Cinta)
Penulis
: Elizabeth Gilbert
Penerbit
: Abdi Tandur
Tahun
Terbit : 2010
Tebal
: viii + 372 halaman
ISBN :
979-3047-60-7
Genre :
Novel Terjemahan
Harga
buku : Rp 60.000,00
Ikhtisar Isi
Buku :
Eat, Pray, Love,
atau dalam Bahasa Indonesia yang artinya Makan, Doa, Cinta, merupakan
novel karya dari Elizabeth Gilbert. Novel ini menceritakan pengalaman
pribadi si penulis dalam menemukan kekosongan dalam hidupnya yang
sebetulnya sudah cukup sempura. Liz, begitulah Elizabeth biasa di
panggil, memiliki karier yang bagus, rumah, teman – teman yang
menyayanginya, serta suami yang mencintainya, hidupnya cukup
sempurna, tetapi ia merasa masih ada yang hilang dari dirinya.
Kemudian Liz
memilih untuk meinggalkan zona nyamannya itu untuk pergi ketiga
negara selama 1 tahun, demi melengkapi kekosongan dalam dirinya. 3
negara yang di pilih adalah Italia, India, dan Indonesia. Untuk pergi
mencari hal yang hilang dalam dirinya itu Liz meninggalkan semua yang
dimilikinya di New York, bahkan ia bercerai dengan suaminya, menjual
semua barang yang ia punya, dan meninggalkan orang – orang yang di
sayanginya.
Negara yang di
kunjungi Liz dalm 4 bulan pertama adalah Italia. Di negara ini Liz
mendapatkan kembali nafsu makannya yang sempat hilang. Ia bertemu
dengan teman – teman baru disini yang mengajarinya untuk menikmati
hidup dan bergembira. Liz berkuliner ria hingga berat badannya pun
naik. Liz juga belajar bahasa Italia. Liz sempat bertemu dengan
seorang pria di Italia bernama David dan tinggal bersama, karena
suatu hal mereka tidak cocok dan akhirnya berpisah. Dari David inilah
ia mengetahui mengenai guru spiritualnya di India.
4 bulan kedua,
negara yang dikunjungi oleh Liz adalah India. India yang sangat
bertolak belakang kondisinya dengan Italia, justru memberikan wadah
bagi Liz untuk menemukan kehidupan spiritualnya kembali. Ia belajar
berdevosi (semacam meditasi), dan kemudian ia mulai melakukannya
dengan rutin selama 4 bulan di India.
4 bulan terakhir
yang merupakan akhir dari perjalan, Liz mengunjungi Indonesia,
tepatnya Bali. Sebelumnya Liz sudah pernah ke Bali, dulu ia pernah di
Ramal oleh Ketut Liyer yang juga seorang ahli pengobatan tradisional,
hasil ramalan Ketut Liyer pada saat itu adalah Liz akan kembali 2
tahun lagi (yaitu sekarang saat Liz berkeliling ketiga negara) dan
akan menghabiskan waktu di bali selama 4 bulan.
Selain bertemu
dengan Ketut Liyer dan belajar banyak hal mengenai keseimbangan
hidup, Liz juga bertemu dengan Wayan Nuriasih yang juga berprofesi
sebagai ahli pengobatan tradisional Bali. Hari - hari Wayan dilalui
bersama anak perempuannya tanpa ada seorang suami. Wayan juga
memberikan banyak masukan dan pelajaran bagi Liz. Rumah yang dihuni
oleh Wayan sudah memiliki banyak kerusakan dimana – mana.
Melihat kebaikan
yang telah Liz dapatkan dari Wayan, Liz membalas dengan cara
mengumpulkan donasi dari teman – teman Liz di New York untuk
memberikan bantuan dana bagi Wayan untuk membeli sebuah rumah baru di
Bali. Ia mengirimkan email kepada teman – temannya di New York yang
berisikan, seandainya ia sekarang berada di New York dan akan
melangsungkan ulang tahunnya, maka teman – temannya pasti akan
memberikan ia hadiah yang mahal dan ia juga akan mengadakan pesta
ulang tahun yang menghabiskan banyak uang, kemudian ia mengusulkan
pada teman – temannya untuk menyumbangkan uang tersebut guna
membantu Wayan dalam membeli rumah sebagai kado ulang tahunnya tahun
ini, dari hal ini juga Liz mengatakan bahwa uang mereka akan jauh
lebih berguna.
Selain bertemu
dengan Ketut Liyer dan Wayan, akhirnya bertemulah Liz dengan pria
yang bernama Felipe yang kemudian akhirnya menjadi pasangan hidup Liz
hingga saat ini. Felipe merupakan pria asal Brazil dengan
kewarganegaraan Australia, ia sudah beberapa tahun berada di
Indonesia karena memiliki usaha di Bali.
Kelebihan Buku
:
- Ceritanya menarik karena tidak semua orang mau menuliskan pengalaman hidupnya dalam sebuah novel
- Cerita yang ada merupakan pengalaman pribadi penulis sehingga tidak ada unsur cerita yang dibuat – buat
- Buku di tuliskan dalam bahasa yang mudah di mengerti, sesuai dengan EYD dan walaupun ada kata – kata asing, terdapat keterangan arti dari kata tersebut
- Ukuran novel tidak terlalu besar sehingga mudah untuk dibawa
- Kertas novel tidak mudah sobek
Kekurangan
Buku :
- Karena kertas yang digunakan berwarna putih, menyebabkan novel mudah terlihat kotor
- Sampul buku kurang menarik minat untuk dibaca
- Karena dijadikan film layar lebar, sebagian besar orang akan malas membaca novel dan lebih memilih untuk menonton filmnya saja
Kesimpulan :
Dari apa yang sudah
saya baca dalam novel ini, menceritakan bahwa kehidupan seseorang
biarpun kelihatannya sudah sempurna di mata orang lain, belum tentu
orang yang memiliki kehidupan tersebut bahagia dengan apa yang
dimilikinya, hingga resiko untuk pergi meninggalkan semua hal yang di
sayangi dan keluar dari zona nyaman pun menjadi tantangan tersendiri
bagi kita yang hidup di dunia ini, seperti apa yang telah penulis
lakukan. Pelajaran yang dapat saya ambil dari membaca novel ini
adalah, hidup kita bahagia ataupun tidak, semuanya merupakan pilihan
kita sendiri. Hidup ini adalah pilihan, apakah kita mau terus berada
di zona nyaman ataukah menginginkan suatu hal yang baru, yang
nantinya mungkin saja akan memberikan kebahagiaan yang lebih daripada
sebelumnya.
Teknik Membaca
: Scanning
Peresensi :
Gabriela Yoda Wijaya
Cover Novel :
Iya, permpuan yang berani menuliskan pengalaman hidupnya dengan jujur.
ReplyDeleteElizabeth Gilbert
Keindahan Bali memang begitu memukau.
ReplyDeleteJatuh cinta dengan seseorang di bali membuat cinta tsb semakin spesial.
Ada buku eatpraylove dengan penerjemah selain Silamurti Nugroho?
ReplyDelete